Sabtu, 13 Desember 2025 18:40

Meneguhkan Feminitas FORHATI, Mengambil Peran Kecil Dalam Mencintai Bumi Featured

Written by
Rate this item
(1 Vote)

Catatan : Rahmawati Azi (Koordinator presidium Forhati Sultra dan Dosen Sastra Inggris FIB UHO)

Dalam kerangka ekofeminisme, hubungan antara perempuan dan alam bukan kebetulan, melainkan relasi fundamental. Salah seorang teoris ekofemins, Vandana Shiva berargumen bahwa dominasi terhadap alam dan subordinasi perempuan sering muncul bersamaan, sebagai dua sisi dari logika patriarki-kapitalis yang memisahkan manusia dari ekosistem, memperlakukan alam sebagai komoditas, dan merendahkan kualitas “feminin”, yaitu empati, merawat, menghargai kehidupan dan relasionalitas.

Menurut Shiva, alam dan perempuan sering dianggap “yang lain”, objek yang bisa dikuasai, dieksploitasi, dikontrol. Dalam pandangannya, krisis lingkungan bukan semata soal salah kelola atau kebijakan buruk, tetapi juga akibat mendasar dari sistem nilai patriarkal yang mendefinisikan kekuatan sebagai dominasi, dan nilai sebagai apa yang bisa dieksploitasi atau dinilai dalam mata uang ekonomi.

Karena itu, transformasi ekologi tidak bisa dipisahkan dari transformasi gender dan kultur sebuah “revolusi etika” yang mendobrak dikotomi dominator/domestik, manusia/alam, maskulinitas/feminitas. 

FORHATI sebagai organisasi perempuan, tidak hanya memperjuangkan hak perempuan dalam ruang politik, sosial, atau ekonomi, tetapi juga dalam relasi kita dengan bumi, melalui praktik nyata yang menghargai kehidupan, alam, dan komunitas.

Hari ini, tanggal 13 Desember 2025, dalam rangka milad Forhati yg jatuh tanggal 12 Desember kemarin, kami menginisiasi kegiatan ini: belajar permakultur di “Handari Permaculture” dan pelatihan kombucha. Di sini kami sesungguhnya sedang menerjemahkan ekofeminisme ke dalam tindakan kolektif: menolak model pembangunan destruktif , konsumtif yang memisahkan manusia dari alam; serta menegaskan kembali bahwa perempuan, dengan sensitivitas dan daya pedulinya, bisa menjadi penjaga bumi, pelaku perubahan, dan agen restorasi ekologis.

Lewat permakultur, nilai-nilai seperti kerjasama, siklus alam, diversitas hayati, pemeliharaan tanah dan air, serta kearifan lokal dihidupkan kembali , menentang logika monokultur, eksploitasi, dan dominasi. Begitu pula dengan fermentasi kombucha, sebagai upaya ketahanan pangan, kemandirian, dan penghormatan terhadap proses alami, simbol perlawanan terhadap konsumsi massal dan produksi industri seragam.

Dengan landasan ekofeminisme Shiva, aktivitas kecil ini tidak sekadar pragmatis: ia bermakna secara moral, sebagai manifestasi spiritual dari janji peremajaan relasi manusia–alam, pengakuan terhadap nilai “kehidupan” (life), serta kebijakan hidup yang menyatukan cinta terhadap Bumi, solidaritas, dan kesetaraan.

Karenanya, “feminitas FORHATI” bukan hanya tentang suara perempuan dalam wacana sosial, tetapi tentang mengupayakan meski dalam skala paling mikro, kehadiran perempuan sebagai penjaga-penjaga tanah, air, benih, komunitas, dan generasi mendatang. Dengan demikian, mengambil peran kecil dalam mencintai bumi adalah kontribusi politik dan spiritual, sebagai satu langkah kecil dalam pemulihan kualitas hidup bersama manusia dan alam.

Belajar permakultur, membuat Kombucha, merawat bumi dari skala mikro, kami berupaya, meski lagi-lagi belum begitu berarti, untuk ikut melakukan revolusi spiritual: bukan dominasi, bukan ekstraksi, tapi perawatan, hormat, dan solidaritas. Kombucha dan SCOBY-nya tidak hanya menjadi minuman sehat, tapi simbol bahwa bumi, sampai ke tingkat yang paling kecil penuh roh dan penuh kehidupan.

Sambil menyaksikan fermentasi itu, kami belajar satu hal sederhana namun mendalam: mencintai bumi bukan harus soal peran besar dengan modal besar, tapi juga soal memahami kehidupan satu “roh kecil” yang tersembunyi, pada mikro-alam yang sering kita lupakan. Karena kehidupan,besar atau kecil, pantas dihargai. (***)

 

 

 

Read 138 times Last modified on Sabtu, 13 Desember 2025 18:46

Leave a comment

Make sure you enter all the required information, indicated by an asterisk (*). HTML code is not allowed.

Pencarian